Minggu, 18 Oktober 2009

Nasib Rakyat dan Birokrasi


SEDIKIT demi sedikit hujan mulai turun membasahi bumi pertiwi, semoga menjadi obat pelepas dahaga kemarau yang sedikit agak panjang pada tahun ini. Dahaga kemarau yang sedikit terobati semoga juga berimbas terhadap dahaga rakyat kecil yang masih berjuang dalam mempertahankan hidup.
Pesta demokrasi yang dikenal dengan Pemilu seperti halnya pergantian musim, berganti secara sendiri yang diatur oleh sang khalik. begitu juga dengan pemilu menjadi agenda bagi bangsa ini, untuk dilaksanakan dan sebagai media obral janji-janji yang pada inti ingin mensejahterahkan rakyat.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, hingga akhirnya periode berganti periode kepemimpinan selama lima tahun. Kata sejahtera terkadang hanya menjadi angin surga bagi rakyat kecil kalaupun tercium baru hanya anginnya saja surganya masih jauh.
Hembusan angin yang sangat kencang melintasi bumi Caram Seguguk, mudah-mudahan membawa pesan tersendiri bagi masyarakat menuju sebuah perubahan yang lebih baik kedepanya.
Hembusan angin yang berganti gerimis dan tak berselang lama menjadi hujan lebat, tak mengendurkan beberapa kru "Agung Post" untuk mengobrol seperti biasanya.
Sambil menutup jendala yang terbuka. "Cak yo kalu nak berubah idup ini. Harus dimulai dari diri kito dewek tula, nak senang apo nak berduit, dak pacak nak berandai-andai idup ini," kata Wiwit yang sekarang menjabat sebagai Manager Sirkulasi dan Iklan "Agung Post".
"Sepakat....," tutur Andre, Dedy XP, Linda, dan Yani Vista secara berbarengan yang duduk satu meja, di ruang rapat Mabes "Agung Post" Komplek Griya Cipta Utama, baru-baru ini.
"Iyo ...tapi kan ado tugas negara jugo nak ngedupi kito ni, paleng idak sabagai fasilitator," timpal Yani Vista bagian kesibukan.
Dengan menggenakan baju safari layaknya anggota dewan, "Good Governant....inilah yang penting kalu kato-kato memang terwujud aman gale wong, nak yang cilik, beso, tionghua, dan londo kebagean gale marato," ujar Andre wartawan antar kecamatan dengan nada sedikit diplomatis.
Setelah hampir satu jam hujan mengguyur, akhirnya berhenti. Obrolan kru "Agung Post" yang berlangsung serius tapi santai juga berhenti dengan kesimpulan, masyarakat haruslah berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri dengan didukung pemerintah sebagai fasilitor dengan birokrasi yang baik.(Wanche XP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar